Tak dapat kita pungkiri saat ini
perkembangan globalisasi telah masuk dan mempengaruhi banyak bidang kehidupan.
Baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan lainnya, termasuk dalam hal
berpakaian dan berkomunikasi atau berbahasa. Jika kita berbicara soal dampak
dari globalisasi itu sendiri, saat ini pengaruh masuk dan menyebarkan budaya
asing telah merata hampir diseluruh penjuru nusantara.
Dalam hal ini yang akan dibahas
adalah soal berkomunikasi atau berbahasa. Kita sebagai masyarakat Indonesia
tentu tau apa fungsi bahasa itu sendiri dan apa bahasa nasional kita. Bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa, bahasa yang kita
pakai sehari-hari guna mempermudah komunikasi antar daerah. Lahirnya Bahasa
Indonesia tak bisa lepas kaitannya dengan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Hingga Bahasa Indonesia diremikan penggunaannya sehari setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia yaitu pada 18 Agustus 1945.
Sudah 71 tahun sejak Bahasa
Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional. Selama itu juga, banyak
penambahan-penambahan kosa kata baru. Di era globalisasi ini, pentingnya
memiliki kemampuan berbahasa asing atau Internasional seperti Bahasa Inggris
tentu sangat diperlukan. Seperti yang kita tau, pada tahun ini MEA atau Masyarakat
Ekonomi Asean telah diberlakukan sehingga penggunaan Bahasa Internasional akan
memudahkan kita dalam menghadapi MEA.
Namun mirisnya, jika kita tengok
kembali masyarakat Indonesia saat ini dilihat semakin mengasingkan Bahasanya
sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Sebagai contoh, jika kita lihat anak-anak yang
baru memasuki dunia pendidikan justru orang tuanya lah yang merasa getar-getir
untuk mengkursuskannya dalam les Bahasa Inggis. Memang hal itu tidak dapat
disalahkan, namun alangkah lebih baiknya sebagai orang tua kita dapat
menanamkan cinta terhadap bahasa nasional kita.
Lain hal lagi jika kita lihat
remaja saat ini yang ikut-ikutan trend dalam berbahasa. Mereka merasa lebih
keren atau “gaul” jika berbicara Bahasa Inggris. Kita ambil contoh seperti kalimat “By The Way” (BTW) yang dapat
diartikan “Ngomong-ngomong”, atau kata-kata seperti “Exit, In, Open, Close,
Push”, yang lumrah kita temui dijalan-jalan atau pusat pembelanjaan bahkan
pusat pendidikan. Bukan tanpa sebab kurang diminatinya Bahasa Indonesia, gaya
hidup yang kebarat-barat inilah yang membuat Bahasa Indonesia semakin tenggelam.
Tak salah memang jika kita belajar Bahasa Asing saat ini, namun sebagai warga
negara Indonesia tentunya kita harus jauh lebih menjunjung Bahasa kita sendiri.
Terakhir sebagai penutup dari
penulis terkait apakah Bahasa Indonesia masih diminati atau tidak, menurut
penulis Bahasa Indonesia bukan sekedar kita harus meminatinya namun harus juga
mencintainya, menggunakannya, serta mengapresiasikannya. Bagaimana kita sebagai
generasi muda harus menumbuhkan sikap cinta pada Bahasa Indonesia namun juga
mau mempelajari Bahasa Asing. Jangan sampai Bahasa asing justru mengasingkan
Bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia.
Jakarta, 18 September
2016
Risqia Irhamna Putri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar