
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
AUDIT
ATAS SIKLUS PENDAPATAN PADA PT ABCD OLEH
KANTOR
AKUNTAN PUBLIK XYZ
PROPOSAL
MAGANG
Risqia
Irhamna Putri
1602043003
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM
STUDI DILPOMA TIGA AKUNTANSI
JAKARTA
2018
Perkembangan zaman yang pesat
mengakibatkan seluruh bidang dalam kehidupan harus menyesuaikan diri tak
terkecuali dalam bidang ekonomi. Persaingan yang ketat dalam dunia kerja
menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki
dengan demikian ia akan dapat bersaing dengan pekerja lain mengingat Masyarakat
Ekonomi Asean atau MEA telah dicanangkan dari tahun 2015 lalu. MEA tidak hanya
membuka kesempatan dalam perdagangan barang namun juga jasa terkait tenaga
kerja profesional dalam hal ini seorang akuntan atau auditor juga termasuk
didalamnya. Perguruan tinggi dituntut untuk melahirkan lulusan-lulusan yang
memiliki sertifikasi serta kemampuan untuk mampu bersaing dengan tenaga kerja
luar negeri.
Mahasiswa dituntut untuk mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia
kerja. Ada berbagai macam perusahaan yang membutuhkan tenaga-tenaga profesional
didalamnya. Antara lain seperti perusahaan dagang, jasa, manufaktur, bank, dan
lainnya. Semua jenis perusahaan yang berbeda tentu akan menghasilkan pendapatan
yang berbeda pula.
Konsumsi masyarakat yang tinggi dewasa ini mendorong perusahaan untuk
terus berinovasi dan melakukan perbaikan baik dalam biaya produksi serta
penjualan. Penjualan dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit. Tujuan
perusahaan dalam penjualan tersebut tidak lain adalah untuk mendapatkan
keuntungan sehingga perusahaan ditekankan harus memiliki strategi untuk
menghasilkan pendapatan yang maksimal.
Perusahaan yang tidak dapat menggunakan strategis secara optimal tentu tidak
akan mampu bersaing dengan perusahaan lain dan dapat mengganggu jalannya
kegiatan operasi perusahaan.
Menurut PSAK No. 23 (2015) 23.1 dan 23.2 penghasilan didefinisikan dalam
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai kenaikan
manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan
maupun keuntungan. Pendapatan penghasilan yang timbul dari pelaksanaan
aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda,seperti
penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa.
Lancar
atau tidaknya perusahaan dalam mengelola pendapatan akan berdampak pada
kegiatan usaha dalam perusahaan tersebut. Pada dasarnya perusahaan yang
memiliki pendapatan yang besar akan memiliki kemungkinan pengelolaan yang tidak
baik. Oleh karenanya perusahaan memerlukan penanganan yang lebih memadai
terhadap pengelolaan pendapatan.
Dari
kondisi diatas, terjadi perkembangan dalam tuntutan terhadap peran auditor,
serta jasa kantor akuntan publik pada umumnya. Dalam fungsinya sebagainya
konsultan yang membantu membangun sistem akuntansi agar sistem dalam berjalan
baik dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan.
Sebaliknya para auditor juga harus mampu mengevaluasi desain dan efektivitas
struktur pengendalian intern perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis
tertarik untuk mengetahui bagaimana prosedur audit terhadap siklus pendapatan
dan menuangkannya dalam bentuk proposal magang dengan judul “Audit Atas Siklus Pendapatan Pada PT. ABCD
Oleh KAP XYZ”.
Adapun tujuan penulisan yang ingin
dicapai berkaitan dengan judul proposal ini, antaralain adalah sebagai berikut:
1. Untuk
memahami pertimbangan aktivitas pengendalian atas siklus pendapatan.
2. Untuk
memahami pengujian substantif atas siklus pendapatan.
3. Untuk
memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian siklus
pendapatan.
Adapun target yang ingin dicapai
berkaitan dengan judul proposal ini, antara lain sebagai berikut:
1. Terlibat
langsung dalam aktivitas-aktivitas pengendalian atas siklus pendapatan.
2. Terlibat
langsung dalam pengujian substantif atas siklus pendapatan.
3. Terlibat
langsung dalam pengendalian internal serta penilaian risiko pengendalian siklus
pendapatan.
Penulis berharap agar penulisan inidapat
memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bagi
Penulis
Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis atau mahasiswa mengenai audit atas siklus pendapatan.
2. Bagi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Sebagai tolak ukur kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
3. Bagi
Perusahaan
Sebagai salah satu sarana
penghubung antara pihak instansi dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Menurut American
Accounting Association dalam buku Pengantar Akuntansi 1 (2013),
“Akuntansi adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian
dan keputusan yang jelas serta tegas bagi pihak yang menggunakan informasi
tersebut.”
Menurut Kieso (2014)
“Akuntansi adalah suatu sistem dengan input data atau
informasi dn output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi
pengguna internal maupun eksternal entitas.”
Menurut Accounting Principle Board (APB) dalam
statement No.4,
“Akuntansi
adalah sebuah kegiatan jasa (service
activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan
logis diantara tindakan-tindakan alternatif’.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpul oleh penulis
bahwa akuntansi adalah kegiatan menginput informasi dengan mengidentifikasi, mengelompokan,
serta mengukur untuk kemudian menghasilkan output berupa laporan keuangan yang
digunakan oleh berbagai pihak baik internal maupun eksternal.
Menurut
Mulyadi (2017),
“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.”
Menurut Hayes (2014:4),
“Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi beban bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”
Menurut Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association, (Accounting Review, vol. 47),
“Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh
serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan
peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Dari pengertian-pengertian diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa audit adalah proses secara sistematis yang
dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkandan
mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai
kewajaranlaporan keuangan tersebut.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
dalam PSAK No.23 (2017:23),
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika
arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal”
Menurut Romney dan
Steinbart (2005:5),
“Siklus pendapatan
adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait
yang terus-menerus dengan menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan dan
menerima kas sebagai pembayaran atas penjualan tersebut”
Menurut Krismiaji (2005),
“Siklus pendapatan adalah serangkaian kegiatan bisnis
yang terjadi secara berulang dan kegiatan pengolahan informasi, yang
berhubungan dengan penyerahan barang dan jasa kepada pelanggan dan penerimaan
pembayaran kas dari penyerahan barang dan jasa tersebut”
Berikut
jenis-jenis audit menurut (Kell dan Boynton, 2015 : 5)
1.
Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat
memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara
wajar sesuai denga kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2.
Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan (compliance
audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk
menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai
dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Kriteria yang
ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai
contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan
dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program pensiun, serta pertentangan
kepentingan. Audit kepatuhan juga harus didasarkan pada kriteria yang
ditetapkan kreditor.
3.
Audit operasional
Audit operasional (Operational
audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti
tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya
dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga
sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan bisnis,
lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari (1) suatu departemen,
cabang, atau divisi, atau (2) suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas
unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data.
Menurut
(Abdul Halim, 2015 : 11) jenis-jenis auditor diklasifikasikan dalam tiga
kelompok, yaitu (1) auditor independen, (2) auditor internal, dan (3) auditor
pemerintah. Berikut uraian untuk setiap jenis auditor:
1.
Auditor Independen
Auditor independen (independent
auditors), yang disebut juga auditor eksternal (external auditor), adalah
akuntan publik bersertifikat (certified
public accountants; CPA) yang mempunyai kantor praktik sendiri dan
menawarkan jasa audit serta jasa lain kepada klien. Akuntan publik atau CPA
mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka (dimiliki masyarakat
umum) dan banyak perusahaan tertutup (dimiliki kalangan tertentu) di Amerika
Serikat.
2.
Auditor Internal
Auditor internal (internal
auditor) adalah karyawan tetap yang dikerjakan oleh suatu entitas untuk
melaksanakan audit dalam organisasi tersebut. Sebagai akibatnya, mereka sangat
berkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti
atau tidak serta berkepentingan dengan pengamanan aktiva organisasi.
3.
Auditor Pemerintah
Berbagai badan pemerintah federal, negara bagian, dan
lokal menggunakan auditor pemerintah (goverment
auditor) untuk menentukan ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan,
kebijakan, dan prosedur. Sebagai contoh, auditor internal Revenue Service melaksanakan audit ketaatan atas SPT Pajak untuk
menentukan apakah wajib pajak telah mematuhi undang-undang perpajakan atau
tidak.
Akhir dari audit laporan keuangan adalah
pada saat auditor mengkomunikasikan hasil temuanya kepada pengguna melalui
laporan audit yang menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan klien.
Laporan audit ini menguraikan secara umum apa yang telah dilakukan auditor dan
apa yang ditemukan oleh auditor. Berikut jenis-jenis pendapat auditor:
1.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Produk akhir dari
audit laporan keuangan yang paling umum adalah laporan auditor standar, atau
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion), maka auditor akan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian.
2.
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Dalam pendapat
wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), auditor melaporkan bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar
kecuali beberapa pos tertentu yang material. Sebagai contoh, seorang CPA
mungkin menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum kecuali untuk persediaan dimana auditor
tidak mampu memeriksanya.
3.
Pendapat Tidak Wajar. Dalam pendapat tidak wajar (adverse opinion), auditor memberikan
pendapat bahwa laporan keuangan tida disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4.
Menolak Memberikan Pendapat. Dalam menolak memberikan
pendapat (disclamer of opinion),
auditor menyatakan bahwa dia tidak mampu memberikan suatu pendapat atau opini.
Sebagai contoh, catatan akuntansi yang penting mungkin terbakar, sehingga
auditor tidak sanggup mengumpulkan bukti yang cukup untuk menyatakan suatu
opini atau pendapat.
Tujuan
audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing
aserti signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan.
Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan
yang dinyatakan oleh manajemen.
1.
Asersi Keberadaan dan Keterjadian
Pada audit siklus pendapatan, tujuan keberadaan atau
keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang dagang, dan
kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Disamping itu, asersi ini
juga menekankan pada apakah selutuh transaksi yang tercatat benar-benar terjasi
dan bukan rekaan manajemen semata. Berikut rincian tujuan audit asersi
keberadaan atau keterjadian:
1)
Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang
yang dikirimkan kepada pelanggan selama periose dibawah audit.
2)
Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan
kas yang diterima selama periode, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun
penjualan kredit.
3)
Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama
suatu periode menggambarkan rekening potongan penjualan yang terotorisasi,
retur penjualan, dan piutang tak tertagih.
4)
Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan
jumlah yang harus dibayar pelanggan pada tanggal neraca.
2.
Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan
saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar
dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit asersi kelengkapan:
1)
Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dan
penagihan piutang dan penjualan tunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi
selama suatu periode sudah dicatat.
2)
Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan
terhadap pelanggan pada tanggal neraca.
3.
Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha
memastikan apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo kas
dan piutang dagang. Piutang dagang menggambarkan klaim legal perusahaan
terhadap pelanggan untuk pembayaran.
4.
Asersi Penilaian dan pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan
berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo penjualan, piutang dagang dan
kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Berikut
rincian tujuan audit asersi penilaian dan pengalokasian:
1)
Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan
penyesuain penjualan telah dijurnal secara tepat.
2)
Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto
terhadap pelanggan dan sesuai dengan salso dalam buku pembantu piutang dagang.
Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan diakui apabila pelunasan
piutang dilakukan dalam periode potongan.
3)
Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi
yang wajar tentang perbedaan antara piutang dagang bruto dan nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
5.
Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi
tersebut diatas, auditor perlu menghimpun bukti apakah transaksi dan saldo yang
tercatat telah tepat diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dalam
neraca. Berikut rincian tujuan audit asersi pelaporan dan pengungkapan:
1)
Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokkan
secara tepat dalam neraca. Piutang dangan dikelompokan sebagai aset lancar
perusahaan dalam neraca.
2)
Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan
sehubungan dngan piutang dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau
dijaminkan
3)
Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan
rugi piutang tak tertagih telah diidentifikasikan dan dikelompokkan secara
tepat dalam laporan laba rugi.
Risiko bawaan
siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai faktor
yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain:
1.
Volume transaksi yang tinggi.
2.
Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan
standar akuntansi yang ambigu, dilakukannya estimasi, dan kompleksitas
penghitungan.
3.
Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam
piutang lancar dan piutang tidak lancar karena ada kesulitan dalam
memperkirakan waktu pelunasan.
4.
Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).
5.
Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi
penyesuaian penjualan untuk menutupi korupsi.
Dalam
strategi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah,
auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang
mendasari penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur
pengendalian intern klien sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah
saji, maka auditor perlu menguji kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan
menguji apakah struktur pengendalian intern tersebut memang layak diyakini
efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian
pengendalian.
Pemahaman
struktur pengendalian intern diperlukan baik dengan strategi Primarily Substantive Approach maupun Lower Assesed Level Of Control Risk.
Pemahaman struktur pengendalian inter dapat didokumentasikan dengan berbagai
metode: kuesioner, flowchart, dan
narasi deskriptif. Dalam bagian ini, dipertimbangkan penerapan empat dari lima
komponen struktur pengendalian intern yaitu sebagai berikut:
1.
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengndalian dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi risiko inheren sikluk pendapatan. Selain itu
mempengaruhi/mendorong atau mengurangi efektivitas komponen struktur
pengendalian intern yang lain dalam mengendalikan risiko kesalahan dalam siklus
pendapatan.
Faktor kunci dalam lingkungan pengendalian untuk
mengurahi risiko terjadinya penyelewengan dalam laporan keuangan dengan
kecenderungan untuk overstatement untuk pendapatan dan pitang dagang tergantung
pada kebijakan manajemen untuk mengadopsi standar yang tinggi terhadap integritas
dan nilai-nilai etika.
2.
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko oleh pihak manajemen untuk laporan
keuangan mirip dengan eksternal auditor dalam menaksir risiko inhren/bawaan.
Bila pihak manajemen memiliki usaha yang serius untuk mengurangin kemungkian
risiko dalam siklus pendapatan bersamaan dengan pelaksanaan aktivitas
pengendalian maka kemungkinan terjadinya salah saji menjadi relatif lebih
kecil.
Kaitannya dengan penaksiran risiko ini perlu
dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi-kondisi yang berpengaruh pada
risiko yang ada, yakni:
1)
Perubahan dalam lingkungan operasi terutama kaitannya
dengan transaksi siklus pendapatan.
2)
Munculnya personel baru yang mempunyai kecenderungan
berbeda pemahaman terhadap pengendalian intern perusahaan.
3)
Menerapkan sistem informasi yang baru yang berpengaruh
terhadap pengendalian intern perusahaan.
4)
Pertumbuhan yang pesat terkait dengan operasional
perusahaan yang semakin meluas yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko yang
ada.
5)
Restrukturisasi korporat, terkadang bisa memunculkan
risiko misalnya dikarenakan adanya pengurangan staf.
3.
Informasi dan komunikasi
Elemen struktur pengendalian intern kedua adalah
sistem akuntansi. Sistem akuntansi siklus pendapatan suatu perusahaan harus
dapat menyediakan adanya audit trail
atau jejak audit yang lengkap atas setiap transaksi. Pemahaman sistem akuntansi
menuntut pengetahuan auditor mengenai metode pemrosesan data, dan dokumen serta
catatan kunci yang digunakan. Pemahaman sistem akuntansi diperoleh melalui
penelaahan buku manual akuntansi dan sistem flowchart,
mengajukan pertanyaan pada karyawan bagian akuntansi, dan menelaah kembali
pengalaman terdahulu dengan klien. Akuntan harus memahami kompetensi personel
akuntansi dan bagian EDP yang bertanggung jawab atas pengolahan transaksi
siklus pendapatan. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengajuan pertanyaan,
pengamatan, dan menelaah file atau arsip karyawan.
Jadi dalam kaitannya dengan informasi dan komunikasi
ini, sistem informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk:
1)
Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang
terkait dengan siklus pendapatan secara sah.
2)
Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi pendapatan
secara cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing-masing transaksi
itu untuk pelaporan keuangan.
3)
Mengukur nilai transaksi dari siklus pendapatan dengan
tepat.
4)
Menyajikan transaksi dari siklus pendapatan dengan
semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dalam laporan keuangan.
4.
Pemantauan
Komponen ini menyediakan feedback bagi manajemen apakah kebijakan pengendalian dan prosedur
yang diterapkan dalam siklus pendapatan sudah diterapkan sesuai dengan
kebijakan yang diterapkan olen manajemen. Auditor seharusnya mendapatkan
informasi mengenai feedback ini untuk
menentukan apakah manajemen sudah melakukan follow-up/
tindakan koreksi dengan adanya feedback
tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh dari konsumen, pemerintah,
eksternal auditor (berdasarkan reportable
condition dari audit tahun sebelumnya).
Aktivitas
pengendalian sistem penjualan kredit diperlukan untuk menghindari kemungkinan
adanya salah saji dalam transaksi-transaksi yang terkait dengan pendapatan.
Umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas siklus
pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan:
1.
Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dari
transaksi penjualan kredit dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja
periode sebelumnya.
2.
Pengolahan Infomasi
Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis
ini adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini
terkait dengan pengendalian atas operasional penjualan kredit, pengembangan,
dan pemeliharaan sistem aplikasi. Sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk
pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan
bahwa transaksi penjualan adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah dengan lengkap
dan akurat.
3.
Pengendalian Fisik
Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang
dijual, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari
akses yang tidak dikehendaki.
4.
Pemisahan Tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi penjualan kredit, pencatatan transaksi penjualan
kredit, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dijual dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang.
Dari
penjelasan di atas, aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah
saji dalam siklus pendapatan antara lain adalah:
1.
Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem
penjualan kredit seperti fungsi penjualan dengan fungsi pengiriman.
2.
Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat
yang berwenang.
3.
Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen
yan terkait seperti surat order pengiriman.
4.
Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen
sumber (faktur penjualan) dan dokumen pendukung yang lengkap.
Pemahaman
fungsi-fungsi yang terlibat dalam siklus penjualan kredit, sangat berguna untuk
memahami bagaimana audit siklus ini dilaksanakan. Fungsi yang terlibat dalam
pengolahan transaksi penjualan kredit meliputi:
1.
Fungsi Penerima Order Pelanggan
Fungsi penerima order pelanggan bertuga untuk menerima
order pelanggan. Permintaan barang dagang oleh pelanggan melalui order
pelanggan merupakan titik awal siklus ini. fungsi ini harus mengecek layak
tidaknya ordernya tersebut diterima sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
manajemen. Pengecekan tersebut dapat dilaksanakan dengan melacak ada tidaknya
nama pelanggan dalam daftar pelanggan atau dalam master file piutang dagang.
2.
Fungsi Persetujuan Kredit
Fungsi persetujuan kredit dipegang oleh departemen
kredit yang bertugas untuk menentukan layak tidaknya suatu penjualan kredit
dilakukan sesuai kebijakan kredit dari manajemen. Di samping itu, limit kredit
yang diberikan atas setiap pelanggan harys diperhatikan. Salah satu kesulitan
yang ada adalah menentukan kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan baru.
Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat melakukan konfirmasi kredibilitas dan
bonafiditas pelnggan bary tersebut kepada pihak ketiga. Cara lain adalah dengan
meminta pelanggan mencantumkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) pelanggan baru
tersebut.
3.
Fungsi Pemenuhan Order Penjualan
Fungsi pemenuhan order penjualan dipegang oleh bagia
gudang. Berdasar tembusan order penjualan dari bagian penjualan atau departemen
order penjualan, bagina gudang mengeluarkan barang dagang sesuai kuantitas dan
keterangan lain yang tercantum dalam order penjualan. Prosedur pengendalian ini
dirancang untuk mencegah pengeluaran barang dagang yang tidak sesuai otorisasi
4.
Fungsi Pengiriman Barang Dagang
Fungsi pengiriman barang dagang harus dipisahkan dari
ketiga fungsi sebelumnya. Pemisahan ini dimaksudkan untuk mencegah pengiriman
barang dagang yang tanpa otorisasi. Petugas bagian pengiriman harus melakukan
pemeriksaan independen sebelum mengirimkan barang. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk menentukan bahwa barang yang diterima dari gudang didukung oleh formulir
order penjualan yang telah disetujui, dan kesesuaian barang yang diterima
dengan rincian barang dalam order penjualan.
5.
Fungsi Penagihan Pada Pelanggan
Fungsi penagihan pada pelanggan bertanggung jawab
untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan bernomor urut kepada pelanggan.
Penagihan ini harus dilaksanakan dengan efektif, efisien, dan tepat waktu.
Aspek yang penting dalam penagihan adalah memastikan bahwa:
1)
Pelanggan ditagih atas seluruh pengiriman.
2)
Tidak ada pengiriman yang sudah ditagih dan dilunasi,
tetapi ditagih lagi.
3)
Ketepatan jumlah rupiah yang ditagih.
6.
Fungsi Pencatatan Penjualan
Pencatatan yang tepat atas transaksi penjualan ke
dalam jurnal penjualan maupun buku pembantu piutang dagang, merupakan dalah
satu bagian penting dalam proses akuntansi. Kesalahan dalam penjurnalan ini
dapat mengakibatkan kesalahan yang signifikan dalam laporan keuangan baik
neraca maupun laporan laba rugi.
Pengendalian yang diterapkan dalam fungsi ini, antara
lain:
1)
Pencatatan jurnal penjualan berdasar faktur penjualan
yang telah dibandingkan dengan dokumen pengiriman dan order penjualan.
2)
Penjurnalan dilaksanakan berdasar faktur penjualan
yang bernomor urut.
3)
Penggunaan kode faktur yang berguna untuk
mengklasifikasikan rekening.
4)
Pengecekan kesesuaian total jumlah rupiah faktur yang
diolah, dengan jumlah yang dicatat.
5)
Pemisahan tugas pencatatan dengan fungsi-fungsi yang
lain.
6)
Penggunaan bagian perhitungan dengan memberikan kode
atau klasifikasi faktur dan persetujuan yang independen dari supervisor.
7)
Pembatasan akses atas fasilitas pencatatan penjualan
untuk mencegah perjurnalan yang tanpa otorisasi.
8)
Pengecekan independen secara periodik atas kesesuaian
jumlah yang tercantum dalam buku pembantu piutang dagang, dengan jumlah yang
dinyatakan dalam buku besar.
9)
Pengiriman laporan pelanggan bulanan.
Penetapan
risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijakan dan
prosedur struktue pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji
material dalam laporan keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk
setiapaseri laporan keuangan. Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian,
yaitu:
1.
Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat
terjadi.
2.
Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan
untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
3.
Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian
mengenai apakah rancangan dan operasi pengendalian adalah efektif.
4.
Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5.
Melakukan penetapan atau penilaian risiko
pengendalian.
Auditor
sangan sering mengandalkan struktur pengendalian intern klien dalam audit
siklus pendapatan karena cakupan siklus pendapatan melibatkan transaksi yang
banyak dan material. Oleh karena itu, auditor perlu memperluas pengujian
pengendalian untuk memperoleh keyakinan bahwa rancangan prosedur pengendalian
adalah efektif dan dapat beroperasi sebagaimana mestinya.
Prosedur pengujian pengendalian yang
dapat diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1.
Pengujian Pengendalian Pengiriman Barang Dagang
Kelemahan pada departemen pengiriman barang
menunjukkan kemungkinan kesalahan maupun penyimpangan: barang dikirimkan tanpa
ororisasi yang layak atau barang yang dikirim tidak tercatat dan tidak
dilakukan penagihan. Tujuan pengujian pengendalian adalah menentukan apakah
pengiriman barang dagangan hanya didasarkan pada order penjualan yang disetujui
dan apakah semua pengiriman barang tercatat dan dilakukan penagihan atas barang
tersebut.
Berikut langkah-langkahnya:
1)
Pilih sampel dokumen pengiriman secara random dari departemen pengiriman.
2)
Memeriksa setiap dokumen apakah:
(1)
Didukung order penjualan yang terotorisasi
(2)
Sesuai dengan deskripsi/kuantitas barang, tujuan, dan
lain-lain.
3)
Mengusut rincian dalam dokumen pengiriman dnegan
tembusan dokumen dan faktur penjualan terkait fungsi penagihan.
4)
Mengusut rincian faktur penjualan terkait ke
penjurnalan dalam jurnal penjualan dan buku pembantu piutang dagang.
5)
Mengusut faktur penjualan ke catatan persediaan.
6)
Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang
diperoleh melalui kelima langkah di atas.
2.
Pengujian Pengendalian Penagihan
Berikut langkah-langkahnya:
1)
Pilih sampel faktur penjualan secara random dari departemen penagihan.
2)
Memeriksa setiap sampel faktur mengenai harga pe unit
tertulis dan bandingkan dengan daftar harga terotorisasi.
3)
Mengusut rincian dalam faktur penjualan ke dokumen
pengiriman.
4)
Mengusut rincian dalam faktur penjualan terkait ke
penjurnalan dalam jurnal penjualan dan buku pembantu piutang dagang.
5)
Mengusut faktur penjualan ke catatan persediaan.
6)
Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang
diperoleh melalui kelima langkah di atas.
Faktur
penjualan merupakan dokumen utama dalam pengujian penagihan. Lengkah kedua,
auditor membandingkan harga dalam faktur dengan daftar harga yang telah di
otorisasi. Selanjutnya diusut apakah barang yang tercantum dalam faktur
dikirimkan. Langkah keempat menguji apakah faktur tersebut sudah dijurnal
semestinya dalam jurnal penjualan.
3.
Pengujian Pengendalian Pencatatan
Berikut langkah-langkahnya:
1)
Menelaah bukti prosedur internal mengenai:
(1)
Rekonsiliasi ikhtisar penjualan harian dnegan total
penjurnalan penjualan oleh personel akuntansi.
(2)
Rekonsiliasi secara periodik total saldo dalam buku
pembantu piutang dagang dengan saldo piutang dagang dalam buku besar.
2)
Menelaah jurnal penjualan untuk menemukan transaksi
yang luar biasa atau tidak sewajarnya.
3)
Memeriksa akurasi jurnal penjualan untuk suatu periode
tertentu dan membandingkannya dengan posting
ke buku besar.
4)
Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang
diperoleh melalui ketiga langkah diatas.
4.
Pengujian Pengendalian Retur Penjualan
Berikut langkah-langkahnya:
1)
Pilih sampel memo kredit secara random.
2)
Mengusut rincian memo kredit ke dokumen:
(1)
Laporan penerimaan
(2)
Catatan persediaan perpetual
(3)
Penjurnalan
3)
Menelaah daftar memo kredit yang disetujui untuk
menemukan transaksi yang tidak wajar.
4)
Mendokumentasikan setiap temua penyimpangan yang
diperoleh melalui ketiga langkah di atas.
5.
Pengujian Pengumpulan Kas
Aktivitas pengumpulan atau penerimaan kas sangat
rentan terhadap penyelewengan. Penerimaan kas dalam bentuk cek sangat mudah
ditukarkan dengan kas atau didepositokan dalam rekening yang dimanipulasi.
Pengumpulan Kas:
1)
Mengadakan pengecekan secara mendadak terhadap slip
deposito dan cek yang diterima.
2)
Membandingkan uang yang diterima dengan catatan pada
deposito bank.
3)
Membandingkan cek penerimaan kas dengan catatan pada
buku pembantu piutang.
Deposito:
1)
Membandingkan jurnal penerimaan kas dengan catatan
deposito bulanan dari bank.
2)
Meneliti penerimaan kas yang belum tercatat dalam
laporan bank merupakan rekening deposit
in transit dan akan dimasukkan dalam rekening pada bulan berikutnya.
3)
Melakukan tracing
dari jurnal penerimaan kas ke dalam posting di buku besar.
4)
Mendokumentasikan adanya kelemahan yang dimiliki.
6.
Pengujian Piutang yang Tak Tertagih
Pengendalian pengujian kepatuhan atas piutang dagang
yang tidak tertagih memfokuskan pada apakah penghapusan sudah diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang. Lengkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1)
Mengabil sampel jurnal penghapusan piutang dagang
(biasanya auditor mengambil semua data penghapusan piutang bila penghapusan
tersebut bukan peristiwa yang frekuensi tinggi).
2)
Melakukan tracing
masing-masing jurnal ke memo untuk penghapusan piutang yang terkait, menguji
apakah memo tersebut sudah diotorisasi semestinya dan membandingkan anatara
jumlah yang diotorisasi dengan jumlah yang dicatat.
3)
Melakukan tracing
dari jurnal ke buku besar.
4)
Menelaah semua jurnal penghapusan untuk item-item yang
tidak biasa seperti besarnya jumlah penghapusan dan meneliti apakah terjadi
penghapusan ganda terhadap konsumen yang sama.
5)
Mendokumentasikan kelemahan yang ada.
2.2.8.2 Pertimbangan
Aktivitas Pengendalian Siklus Pendapatan – Transaksi Penerimaan Kas dari
Transaksi Penjualan
Aktivitas
pengendalian diperlukan dalam sistem penjualan tunai ini untuk menghindari
adanya salah saji material yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian yang ada.
Aktivitas pengendalian dapat dilakukan dalam sistem penjualan tunai ini untuk
mengatasi.
1.
Penerimaan kas telah disetor ke bank tetapi belum
dicatat dalam jurnal penerimaan kas.
2.
Penerimaan kas telah dicatat dalam jurnal penerimaan
kas tetapi belum disetor ke bank.
3.
Penerimaan kas telah salah diposting.
4.
Penerimaan kas dicatat dalam jurnal dengan jumlah yang
salah.
5.
Pencatatan penerimaan kas dilakukan pada periode
akuntansi yang salah.
Ada tiga
fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kas dari transaksi penjualan,
yaitu:
1.
Fungsi Penerimaan Kas
Risiko utama yang terdapat dalam transaksi ini adalah
pencurian kas sebelum maupun sesudah pencatatan penerimaan kas. Risiko lainnya
adalah kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengolahan selanjutnya atas kas
yang diterima. Oleh karena itu, prosedur pengendalian yang tepat harus
diterapkan. Setiap terjadi penerimaan kas, harus langsung dibuatkan
dokumentasinya. Disamping itu, uang atau kas yang diterima harus dijaga
keamanannya.
2.
Fungsi Pendepositan Kas di Bank
Prosedur pengendalian diterapkan dalam bentuk prosedur
yang mengharuskan semua penerimaan kas didepositkan pada hari itu juga (hari
penerimaan kas). Pengendalian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian. Di samping itu, perlu dilakukan juga pengecekan independen atas
kesesuaian prelist dengan kertas
perhitungan kas. Jumlah yang telah sesuai tersebut kemudian dimasukkan ke
ikhtisar kas harian. Pengendalian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, dan kelengkapan. Setelah dideposit, laporan ringkasan kas harian
dan dideposit tervalidasi dikirim kebagian akuntansi.
3.
Fungsi Pencatat Penerima Kas
Fungsi ini melakukan penjurnalan penerimaan kas
melalui kasa maupun pos, dan melakukan posting penerimaan ke rekening pelanggan
yang bersangkutan atas penerimaan melalui pos. Pengendalian dalam fungsi ini
dimaksudkan memberi kepastian bahwa hanya penerimaan yang valid (asersi
keberadaan dan keterjadian) atas semua penerimaan aktual (asersi kelengkapan)
yang dicatat pada jumlah tepat (asersi penilaian dan pengalokasian).
Prosedur pengendalian diterapkan dengan cara:
1)
Pengendalian Akses.
2)
Pemisahan tugas penjurnal dan pemosting.
3)
Pencatatan atau penjualan dilakukan berdasar ikhtisar
kas harian.
4)
Pengecekan independen atas kesesuaian jumlah
penjurnalan dan posting dengan prelist atau dengan ikhtisar kas harian dan slip
deposit tervalidasi.
5)
Rekonsiliasi bank periodik oleh karyawan yang tidak
terlibat transaksi kas.
Penghimpunan
dan pendokumentasian pemahaman struktur pengendalian intern transaksi
penerimaan kas adalah similar dengan transaksi penjualan kredit. Penghimpunan
pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau
wawancara,observasi, menelaah dokumen, atau menelaah kembali pengalaman auditor
pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi pemahaman
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart,
atau memo naratif.
Salah
saji dan pengendalian yang perlu, dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya
atas pengolahan transaksi penerimaan kas atau checklist standar milik kantor
akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien,
auditor dapat mengetahui apakah oengendalian yang diperlukan telah dirancang
dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendlaian yang
dilakukan menghasilkan bukti mengenai efektivitas rancangan dan operasi
pengendalian dalam transaksi penerimaan kas. Bukti tersebut kemudian digunakan
untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang
terkait dengan transaksi penerimaan kas.
Pengujian pengendalian penghimpunan kas
dan pendepositan ke bank meliputi enam langkah berikut:
1.
Mengendalikan deposit bank (slip setoran dan cek)
sebelum dibawa personel klien ke bank.
2.
Membandingkan total jumlah rupiah tercantum dalam slip
deposit.
3.
Membandingkan cek dengan rincian dalam catatan
penerimaan kas dan buku pembantu piutang dagang, serta menilai kewajaran selang
waktu penerimaan kas dan penyetoran ke bank.
4.
Membandingkan penjurnalan dalam jurnal penerimaan kas
dengan daftar deposit dalam laporan bank bulanan, serta memastikan bahwa
penerimaan kas yang tidak terdaftar dalam laporan bank sudah terdaftar dalam
laporan bulan berikutnya.
5.
Mengusut total dalam jurnal penerimaan kas dengan
posting dalam buku besar.
6.
Mendokumentasikan setiap temua penyimpangan yang
diperoleh melalui kelima langkah di atas.
Transaksi
penyesuaian penjualanyang dimaksud disini meliputi transaksi retur penjualan
dan transaksi penghapusan piutang. Aktivitas pengendalian diperlukan dalam
kedua prosedur ini adalah untuk mencegah adanya kemungkinan salah saji
mencakup:
Prosedur
retur penjualan:
1.
Pemisahan tugas antara fungsi yang berwenang memberi
otorisasi transaksi retur penjualan dengan fungsi yang menangani dan mencatat
transaksi tersebut.
2.
Penggunaan memo kredit yang diotorisasi oleh pejabat
berwenang.
3.
Penerimaan barang yang hanya didasarkan pada adanya
otorisasi retur penjualan.
4.
Dilakukan perhitungan secara independen atas barang
yang diretur.
5.
Setiap pencatatan harus dilandasi pada dokumen
pendukung yang lengkap seperti penyesuaian utang akibat retur penjualan yang
didasarkan pada memo kredit yang telah diotorisasi.
Prosedur
penghapusan piutang:
1.
Pemisahan fungsi antara fungsi operasional dan fungsi
pencatat.
2.
Penggunaan bukti memorial yang terotorisasi.
3.
Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen
sumber dan dokumen pendukung yang lengkap.
4.
Pertanggungjawaban semua bukti memorial secara
periodik.
Pada
beberapa perusahaan, saldo individual rekening penyesuaian ini mungkin
jumlahnya relatif kecil, tidak material. Akan tetapi rekening penyesuaian
penjualan mungkin sangat material bagi laporan keuangan pada beberapa
perusahaan, auditor perlu mempertimbangkan adanya salah saji potensial karena
terdapat kemungkinan transaksi penyesuaian penjualan yang fiktif atau tidak
valid untuk menutupi pencurian uang atau kas, penggelapan, atau manipulasi.
Transaksi
ini melibatkan fungsi penyesuaian pengendalian penjualan berikut ini:
1.
Fungsi Pemberian Potongan Penjualan
Perusahaan kadnag memberikan potongan penjualan yang
berbeda jumlahnya untuk setiap pelanggan yang berbeda. Perusahaan cenderung
memberikan potongan penjualan yang lebih besar kepada pelanggan setia yang telah
dikenal baik. Perusahaan juga akan menaikkan besarnya jumlah potongan untuk meningkatkan
omzet penjualannya. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah adanya otorisasi
yang memadai atas pemberian potongan penjualan, misalnya ada tanda tangan
direktur pemasaran.
2.
Fungsi Pemberian Hak Retur Penjualan
Perusahaan sering menghadapi masalah bahwa pelanggan
tidak puas dengan barang yang telah dibeli. Pelanggan seringkali ingin
mengembalikan barang tersebut. Pada nota penjualan perusahaan retail seperti supermarket dan departement store tesebut sering mengembalikan barang dagangannya
kepada pemasok atau supplier. Dalam
hal ini, perusahaan pemasok perlu merepakan pengendalian yang memadai atas
otorisasi retur penjualan.
Pengujian pengendalian dilakukan dengan:
1)
Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan
retur penjualan. Pengamatan ini ditujukan untuk membuktikan adanya pemisahan
fungsi (operasi, penyimpanan, dan akuntansi) dan transaksi retur penjualan
telah dilaksanakan oleh lebih dari satu unit organisasi sehingga tercipta
adanya pengecekan intern.
2)
Mengambil sampel transaksi retur penjualan dari jurnal
umum dan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
3)
Memeriksa penggunaan formulir bernomor urut tercetak
dan pertanggungjawaban formulir tersebut.
4)
Mengambil sampel memo kredit dan melakukan pengusutan
ke dokumen dan catatan akuntansi.
5)
Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap
posting ke buku pembantu.
3.
Fungsi Penghapusan Piutang Dagang
Fungsi ini sering disebut juga sebagai fungsi
penetapan rekening rugi piutang tak tertagih. Banyak perusahaan sering
menghadapi masalah adanya piutang dagang yang tidak dapat dilunasi pelanggan.
Apabila perusahaan menyimpulkan bahwa suatu jumlah piutang dagang tidak dapat
ditagih, maka piutang dagang tersebut harus dihapuskan.
Pengujian Pengendalian dilakukan dengan:
1)
Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan
pembebanan kerugian piutang. Dalam pengamatan ini auditor memeriksa perhitungan
umur piutang yang dipakai sebagai dasar penentuan jumlah kerugian piutang yang
dibebankan ke tahun yang diaudit dan persetujuan bukti memorial oleh manajer
yang berwenang.
2)
Memeriksa jurnal umum dan melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen pendukung.
3)
Memeriksa bukti digunakannya formulir bernomor urut
tercetak dan pertanggung jawaban pemakaian formulir tersebut/
4)
Memeriksa bukti memorial yang disetujui dan melakukan
pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.
4.
Fungsi Penetapan Cadangan Kerugian Piutang
Cadangan kerugian piutang harus memadai untuk
mengantisipasi terjadinya piutang tak tertagih. Auditor harus memperhatikan
kemungkinan perusahaan mencatat cadangan kerugian piutang yang overstated untuk
memperbaiki posisi keuangannya. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah
adanya otorisasi yang tepat atas penetapan besarnya cadangan kerugian piutang.
Pengujian pengendalian yang dapat dilakukan:
1)
Melakukan penghitungan kembali potongan harga, dan
memeriksa apakah pembayaran dilakukan dalam periode potongan harga.
2)
Menginspeksi memo kredit retur penjualan dan melihat
apakah ada persetujuan atau tanda tangan fungsi penjualan. Auditor juga perlu
membandingkan memo tersebut dengan laporan penerimaan untuk memastikan bahwa
retur penjualan hanya diberikan atas setiap barang yang telah benar-benar
dikembalikan.
3)
Menginspeksi memo pengotorisasian penghapusan piutang
dan melihat apakah ada persetujuan atau tanda tangan direktur keuangan.
4)
Mengamati kegiatan penjualan termasuk transaksi
penyesuaian penjualan untuk melihat apakah ada pemisahan tugas yang memadai
antara pengotorisasi transaksi, penyesuaian penjualan dengan pelaksana
penerimaan kas, dan pencatat penerimaan kas.
Nama: Risqia Irhamna Putri
Nim: 1602043003
Prodi: Diploma tiga Akuntansi
Penanggungjawab
kegiatan magang adalah ketua program studi di bawah koordinasi Wakil Dekan I
Waktu yang disediakan
untuk magang bagi mahasiswa program D3 minimal 3 (tiga) bulan, dan bagi
mahasiswa S1 minimal 2 (dua) bulan.
Sedangkan laporan hasil
magang disampaikan paling lambat 2 minggu setelah pelaksanaan. Apabila dalam jangka waktu tersebut mahasiswa
tidak dapat menepati, dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu kepada
Wakil Dekan I melalui ketua Program Studi.
Abdul
Halim dan Totok Budisantoso. (2014). Auditing
2: Dasar-dasar Prosedur Pengauditan Laporan Keunagan. Edisi ke-4.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Abdul
Halim. (2015). Auditing 1: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Dwi Martani, dkk.
(2016). Akuntansi Keuangan Menengah:
berbasis PSAK. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ikatan
Akuntan
Indonesia. (2018). Standar Akuntansi Keuangan Efektif
per 1 Januari 2018. Jakarta: Dewan Standar
Akuntasi
Keuangan
Ikatan
Akuntan
Indonesia.
Rahman Putra. (2013). Pengantar Akuntansi 1: Pendekatan Siklus
Akuntansi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sukrisno
Agoes.
(2017). Auditing:
Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan
oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba
Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar