Minggu, 18 September 2016

Makalah Penciptaan Manusia Menurut Agama Islam



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan dan pengerjaan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan terbatas. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.




























BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Penciptaan manusia juga tak lepas atas izin dan peran Allah SWT. Yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain agar taat dan bertaqwa kepada Allah SWT.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:
  1. Apa pengertian  manusia dalam islam?
  2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
  3. Apa pengertian Basiar, Insan, dan Na’as?
  4. Bagaimana Konsep fitrah, Khalifah, dan Amanah?

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1.      Untuk menjelaskan pengertian dalam islam.
2.      Untuk mengetahui bagaimana penciptaan manusia dalam islam.
3.      Untuk menjelaskan pengertian Basiar, Insan, dan Na’as
4.      Untuk mengetahui bagaimana konsep Fitrah, Khalifah, dan Amanah







BAB 2
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia  dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. “
.
B.            Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1.      Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa).
2.      Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.      Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4.      Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

1.             Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an (QS Al Qiyamah:36-37) :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?”

2.             Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah, ayat Al-Qur’an (al ‘Alaq/96:2) :
"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah".
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

3.             Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini, ayat Al-Qur’an (QS Al Mu’minun:14) :

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

4.             Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran, ayat Al-Qur’an (QS. As-Sajdah 32 :7-8).
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati yang hina (air mani)”


C.           Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek
Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an, sebagaimana dikutip Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.





D.           Manusia menurut konsep Basyar, Insan  dan  Naas

1.             BASYAR
Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being).  Dalam hal ini artinya, manusia adalah makhluk statis, tidak mengalami perubahan, berkaki dua yang berjalan tegak di muka bumi. Oleh karenanya itu, manusia memiliki definisi yang sama sepanjang zaman, terlepas dari ruang dan waktunya. Singkatnya, basyar adalah manusia dalam arti fisis-biologis.
Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan. Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia lebih inferior dari hewan (dalam arti bisa lebih jahat dan kejam)
Kata Basyar juga mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri,  langsung, kulit,  luar.Bentuk lain dari kata ini adalah mubasysyir atau basyir yang berarti pembawa kabar gembira. Kata al-basyar disebut dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali dalam berbagai konteksnya,sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

a)      Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum,pakaian,tempat, dan diakhiri dengan kematian seperti terdapat dalam surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf[12]:31, al-Anbiya[21]:34, Ali imran[3]:47, Hud[11}:27, Ibrahim[14]:10-11, al-Nahl[16]:103, al-Isra[17}:93, Maryam{19}:20, al-Mu’minun[23]:24,33,34,47, sebagai contoh dalam surat Hud[11]:27
‘’Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: ‘’kami tidak melihat kamu,melainkan(sebagai)seorang manusia (biasa)seperti kami,dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,melainkan orang-orang yang hina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta’’

b)      Sebagai penerima wahyu dan penyampai agama Allah seperti terdapat dalam surat : al-kahfi[18]:110, as-Syura[42]:51, Ali Imran[3]:79, al-Syu’ra[26]:154,185,  Yasin[36]:15, Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi[18]:110
‘’Katakanlah sesungguhnya aku ini manusia  biasa seperti kamu,yang diwayuhka: ‘’Bahwa sesungguhnyaTuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah Ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya’’

c)      Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air, seperti terdapat dalam surat Shad [38]:71, ar-Rum [30]:20, dan al-Furqan[25]:54, sebagai contoh surat Shad[38]:71, dan al-Furqan[25]:54
“(Ingatlah)ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ‘’Sesungghunya Aku ciptakan manusia dari tanah’’.

‘’Dan dia(pula)yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia iitu(punya)keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”.

Kata Basyar baik laki-laki maupun perempuan, baik satu ataupun banyak.Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna(dua) untuk menunjukan anusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusiia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa “Aku adalah Basyar(manusia)seperti kamu yang diberi wahyu”(QS.al-Kahf[18]:110).Pada konteks lain banyak ayat-ayat al-Qur’an menggunakan kata ini yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan keswasaan. Firman Allah QS.ar-Rum[3]:20
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Allah mencciptakan kamu dari tanah ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”
Bertebaran di sini bias diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezeki.
Basyar juga diartikan sebagai kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan karena itu pula,tugas kekhalifahan dibebankan kepada Basyar. Manusia dalam pengertian Basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Dari pengertian Basyar ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia  merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis untuk berkembang

2.             INSAN

Insan berarti manusia dalam arti yang sebenarnya. Insan tidak menunjuk pada manusia biologis. Insan lebih terkait dengan kualitas luhur kemanusiaan. Ali Shari’ati menyatakan bahwa,”tidak semua manusia adalah insan, namun mereka mempunyai potensialitas untuk mencapai tingkatan kemanusiaan yang lebih tinggi”.
Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan Karakter “menjadi” yang lebih diinginkan
Sebagai contoh, semut dan serangga lainnya tidak pernah dapat melampaui keadaannya; ia menggali lubang dengan cara yang sama sebagaimana ia melakukanya 15 juta tahun yang lampau di Afrika. Tidak usah memandang di mana, kapan dan bagaimana, semut selalu dalam keadaan yang sama, pasti dan tidak dapat berubah-rubah.
Dalam al-Qur’an dipakai untuk manusia tunggal .Sedangkan untu jamaknya dipakai kata an-nas,anasi,insiya,unasi.Kata al-insan mengandung arti tentang  gembiran,dan baik.Arti ksts al-insan sebagaimana menurut para ulama yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah Swt dengan merujuk pada surat al-Ahzab[32]:72 :
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit,bumi,dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka akan khawatir mengkhianatinya,dan dipikullah amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”






3.             NAAS

An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat.[1][7] Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah.[2][8]
Sebelum memasuki pembahasan tentang pensucian jiwa manusia, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu kejadian penciptaan manusia dan tujuannya dalam kehidupan di dunia ini. Dengan merujuk kepada ayat-ayat Al-Qu’an maka kita akan mendapatkan penjelasan yang rinci tentang fase-fase penciptaan manusia.
Jadi jiwa manusia terbentuk dari dua unsur yaitu air dan tanah dan keduanya merupakan unsur yang amat dominan dalam pembentukan jiwa manusia. Pada fase ini penciptaan manusia berhubungan dengan penciptaannya yang pertama kali yaitu Adam AS. Adapun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah sentuhan terakhir yang Allah anugerahkan berupa ruh yang sempurna, sebagaimana firman Allah SWT
Peniupan ruh yang sempurna memberikan manusia beberapa keistimewaan dibanding makhluk lain di dunia ini berupa
1.       Fitrah yang baik berupa keimanan kepada Allah SWT
2.       Pengetahuan yang Allah berikan melalui akal
3.       Kebebasan memilih jalan hidupnya
4.       Tanggung jawab atas pilihan tersebut

E.            Manusia menurut konsep Fitrah

Pengertian fitrah secara lughatan (etimologi) berasal dari kosa kata bahasa arab yakni fa-tha-ra yang berarti “Kejadian” fitrah itu berasal dari kata kerja yang berarti Menjadikan. Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan Islam dalam al-Quran.
Manusia dalam pandangan islam adalah Khalifah dimuka bumi dan di beri hak untuk mengatur alam ini sesuai kapasitasnya. Maka konsep fitrah terhadap pendidikan islam dimaksudkan ini, bahwa seluruh aspek dalam menunjang seseorang menjadi manusia secara manusiawi adanya penyesuain secara aktualisasi fitarahnya. yg diharapkan yakni :
1. Konsep fitrah mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara jasadi, dan ruhani (sepiritual).
2. Mengakui bahwa komponen terpenting manusia adalah Qolbu (Aqidah).

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa keimanan kepada Allah merupakan fitrah pada jiwa manusia, dan fitrah tersebut berawal sejak kita mengambil perjanjian dengan Allah dalam kandungan. Allah tidaklah melepas manusia dengan fitrahnya melainkan juga mengutus seorang rasul pada zamannya yang menyerukan kepada petunjuk yang lurus dan mengarahkan mereka kepada manhaj yang sesuai dengan fitrah. Hal ini disebabkan karena jiwa tersebut dapat berubah sewaktu-waktu akibat lingkungan yang sesat, taqlid buta dan juga mengikuti setan. Ketika fitrah tersebut rusak maka jiwa akan mengikuti hawa nafsu dan penyelewengan terhadap tujuan awal penciptaan manusia.
F.            Konsep khalifah

Khilafah menurut makna bahasa merupakan mashdar dari fi’il madhi khalafa, berarti : menggantikan atau menempati tempatnya (Munawwir, 1984:390). Makna khilafah menurut Ibrahim Anis (1972) adalah orang yang datang setelah orang lain lalu menggantikan tempatnya (jaa`a ba’dahu fa-shaara makaanahu).
Tugas-tugas khalifah, yang secara lebih rinci terdiri dari dua tugas berikut :
1.        Tugas khalifah menerapkan seluruh hukum syariah Islam atas seluruh rakyat. Hal ini nampak dalam berbagai nash yang menjelaskan tugas khalifah untuk mengatur muamalat dan urusan harta benda antara individu muslim (QS Al-Baqarah:188, QS An-Nisaa`:58), mengumpulkan dan membagikan zakat (QS At-Taubah:103), menegakkan hudud (QS Al-Baqarah:179), menjaga akhlaq (QS Al-Isra`:32), menjamin masyarakat dapat menegakkan syiar-syiar Islam dan menjalankan berbagai ibadat (QS Al-Hajj:32), dan seterusnya.
2.        Tugas khalifah mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh dunia dengan jihad fi sabilillah. Hal ini nampak dalam banyak nash yang menjelaskan tugas khalifah untuk mempersiapkan pasukan perang untuk berjihad (QS Al-Baqarah:216), menjaga tapal batas negara (QS Al-Anfaal:60), memantapkan hubungan dengan berbagai negara menurut asas yang dituntut oleh politik luar negeri, misalnya mengadakan berbagai perjanjian perdagangan, perjanjian gencatan senjata, perjanjian bertetangga baik, dan semisalnya (QS Al-Anfaal:61; QS Muhammad:35).

G.           Konsep Amanah

Amânah berasal dari kata a-mu-na – ya‘munu – amn[an] wa amânat[an] yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Kata kerja ini berakar dari huruf hamzah, mim dan nun yang makna pokoknya adalah aman, tenteram dan hilangnya rasa takut. Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah). Amanah adalah lawan dari khianat. Amanah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).
Al-Isfahani memaknai amanah dengan ketenteraman jiwa (tu’maninatun al-nafs). Farid Wajdi menterjemahkan amanah dengan sukun al-qalb (ketenteraman hati). Lawan dari kata amanah adalah khianat. Dari akar kata ini juga terbentuk kata iman dan amin.
Orang yang beriman dipastikan akan memperoleh rasa aman dan tenteram. karena ia akan merasa mendapatkan penjagaan dari Allah Swt. Sebaliknya orang yang diselimuti dengan berbagai macam kegelisahan dan ketakutan, dipastikan sedang mengalami krisis iman.
(QS. Al-ahzab ayat 72) :
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.”
(QS. An-nisa’ ayat 58) :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”



Merujuk kepada ayat-ayat Al-Quran diatas, menurut pandangan penulis pada hakikatnya kata amanah mengandung makna sebagai berikut:
Amanah dalam arti tanggungjawab personal manusia kepada Alloh
Alasan penolakan alam (bumi, langit dan sebagainya) terhadap amanah (QS. Al-Ahzab: 72) adalah karena mereka tidak memiliki potensi kebebasan seperti manusia. Padahal untuk menjalankan amanah diperlukan kebebasan yang diiringi dengan tanggung jawab. Oleh sebab itu, apapun yang dilakukan bumi, langit, gunung terhadap manusia, walaupun sampai menimbulkan korban jiwa dan harta benda, tetap saja "benda-benda alam" itu tidak dapat diminta pertanggungjawabannya oleh Allah. Berbeda dengan manusia. Apapun yang dilakukannya tetap dituntut pertanggungjawaban.
Manusia adalah khalifah fi al-ardh, oleh karena itu manusia memiliki beban (tugas) untuk memakmurkan bumi (wasta’marakum alardh). Sebuah tugas yang maha berat, karena menuntut kesungguhan dan keseriusan kita dalam menjalankannya.
Bahkan tugas ini jauh lebih berat dari melaksanakan ibadah. Secara sederhana dapat dikatakan sebagai seorang muslim, hidup tidak sekedar menjalankan ibadah mahdzoh saja, lalu kita merasa nyaman. Hidup sesungguhnya adalah sebuah perjuangan untuk menegakkan kebaikan.



























BAB 3
PENUTUP


KESIMPULAN

Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Jadi dari semua pengertian di atas, kami bisa menyimpulkan dari setiap konsep-konsep. konsep Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being).  Dalam hal ini artinya, manusia adalah makhluk statis, tidak mengalami perubahan, berkaki dua yang berjalan tegak di muka bumi.Insan berarti manusia dalam arti yang sebenarnya, konsepInsan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan Karakter “menjadi” yang lebih diinginkan. Sedangkan naas adalah sebagai makhluk social dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah.
Khilafah menurut makna bahasa merupakan mashdar dari fi’il madhi khalafa, berarti : menggantikan atau menempati tempatnya,orang yang datang setelah orang lain lalu menggantikan tempatnya.
Amânah berasal dari kata a-mu-na – ya‘munu – amn[an] wa amânat[an] yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Kata kerja ini berakar dari huruf hamzah, mim dan nun yang makna pokoknya adalah aman.






DAFTAR PUSTAKA

*     Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Penerbit Mizan.
*     Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media
*     Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.
*     http://penciptaan manusia.com

















KATA PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.