Kamis, 17 Januari 2019

Audit Atas Siklus Pendapatan



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA



AUDIT ATAS SIKLUS PENDAPATAN PADA PT ABCD OLEH
KANTOR AKUNTAN PUBLIK XYZ

PROPOSAL MAGANG
Risqia Irhamna Putri
1602043003


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DILPOMA TIGA AKUNTANSI
JAKARTA
2018



Perkembangan zaman yang pesat mengakibatkan seluruh bidang dalam kehidupan harus menyesuaikan diri tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Persaingan yang ketat dalam dunia kerja menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki dengan demikian ia akan dapat bersaing dengan pekerja lain mengingat Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA telah dicanangkan dari tahun 2015 lalu. MEA tidak hanya membuka kesempatan dalam perdagangan barang namun juga jasa terkait tenaga kerja profesional dalam hal ini seorang akuntan atau auditor juga termasuk didalamnya. Perguruan tinggi dituntut untuk melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki sertifikasi serta kemampuan untuk mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri.
       Mahasiswa dituntut untuk mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja. Ada berbagai macam perusahaan yang membutuhkan tenaga-tenaga profesional didalamnya. Antara lain seperti perusahaan dagang, jasa, manufaktur, bank, dan lainnya. Semua jenis perusahaan yang berbeda tentu akan menghasilkan pendapatan yang berbeda pula.
       Konsumsi masyarakat yang tinggi dewasa ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dan melakukan perbaikan baik dalam biaya produksi serta penjualan. Penjualan dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit. Tujuan perusahaan dalam penjualan tersebut tidak lain adalah untuk mendapatkan keuntungan sehingga perusahaan ditekankan harus memiliki strategi untuk

menghasilkan pendapatan yang maksimal. Perusahaan yang tidak dapat menggunakan strategis secara optimal tentu tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan lain dan dapat mengganggu jalannya kegiatan operasi perusahaan.
       Menurut PSAK No. 23 (2015) 23.1 dan 23.2 penghasilan didefinisikan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda,seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa.
       Lancar atau tidaknya perusahaan dalam mengelola pendapatan akan berdampak pada kegiatan usaha dalam perusahaan tersebut. Pada dasarnya perusahaan yang memiliki pendapatan yang besar akan memiliki kemungkinan pengelolaan yang tidak baik. Oleh karenanya perusahaan memerlukan penanganan yang lebih memadai terhadap pengelolaan pendapatan.
       Dari kondisi diatas, terjadi perkembangan dalam tuntutan terhadap peran auditor, serta jasa kantor akuntan publik pada umumnya. Dalam fungsinya sebagainya konsultan yang membantu membangun sistem akuntansi agar sistem dalam berjalan baik dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan. Sebaliknya para auditor juga harus mampu mengevaluasi desain dan efektivitas struktur pengendalian intern perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana prosedur audit terhadap siklus pendapatan dan menuangkannya dalam bentuk proposal magang dengan judul “Audit Atas Siklus Pendapatan Pada PT. ABCD Oleh KAP XYZ”.
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai berkaitan dengan judul proposal ini, antaralain adalah sebagai berikut:
1.    Untuk memahami pertimbangan aktivitas pengendalian atas siklus pendapatan.
2.    Untuk memahami pengujian substantif atas siklus pendapatan.
3.    Untuk memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian siklus pendapatan.
Adapun target yang ingin dicapai berkaitan dengan judul proposal ini, antara lain sebagai berikut:
1.    Terlibat langsung dalam aktivitas-aktivitas pengendalian atas siklus pendapatan.
2.    Terlibat langsung dalam pengujian substantif atas siklus pendapatan.
3.    Terlibat langsung dalam pengendalian internal serta penilaian risiko pengendalian siklus pendapatan.




Penulis berharap agar penulisan inidapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain:
1.    Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis atau mahasiswa mengenai audit atas siklus pendapatan.
2.    Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
3.    Bagi Perusahaan
Sebagai salah satu sarana penghubung antara pihak instansi dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.












2.1  Beberapa Pengertian Pokok
Menurut American Accounting Association dalam buku Pengantar Akuntansi 1 (2013),
“Akuntansi adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi pihak yang menggunakan informasi tersebut.”
       Menurut Kieso (2014)
“Akuntansi adalah suatu sistem dengan input data atau informasi dn output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal maupun eksternal entitas.”
       Menurut Accounting Principle Board (APB) dalam statement No.4,
“Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis diantara tindakan-tindakan alternatif’.

        Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpul oleh penulis bahwa akuntansi adalah kegiatan menginput informasi dengan mengidentifikasi, mengelompokan, serta mengukur untuk kemudian menghasilkan output berupa laporan keuangan yang digunakan oleh berbagai pihak baik internal maupun eksternal.

       Menurut Mulyadi (2017),
“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

       Menurut Hayes (2014:4),
Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi beban bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
       Menurut Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association, (Accounting Review, vol. 47),
“Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
       Dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa audit adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkandan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaranlaporan keuangan tersebut.
       Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.23 (2017:23),
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”



Menurut Romney dan Steinbart (2005:5),
“Siklus pendapatan adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus dengan menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan dan menerima kas sebagai pembayaran atas penjualan tersebut”
Menurut Krismiaji (2005),
“Siklus pendapatan adalah serangkaian kegiatan bisnis yang terjadi secara berulang dan kegiatan pengolahan informasi, yang berhubungan dengan penyerahan barang dan jasa kepada pelanggan dan penerimaan pembayaran kas dari penyerahan barang dan jasa tersebut”
































       Berikut jenis-jenis audit menurut (Kell dan Boynton, 2015 : 5)
1.        Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai denga kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2.        Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program pensiun, serta pertentangan kepentingan. Audit kepatuhan juga harus didasarkan pada kriteria yang ditetapkan kreditor.
3.        Audit operasional
Audit operasional (Operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari (1) suatu departemen, cabang, atau divisi, atau (2) suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data.
       Menurut (Abdul Halim, 2015 : 11) jenis-jenis auditor diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu (1) auditor independen, (2) auditor internal, dan (3) auditor pemerintah. Berikut uraian untuk setiap jenis auditor:
1.      Auditor Independen
Auditor independen (independent auditors), yang disebut juga auditor eksternal (external auditor), adalah akuntan publik bersertifikat (certified public accountants; CPA) yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain kepada klien. Akuntan publik atau CPA mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka (dimiliki masyarakat umum) dan banyak perusahaan tertutup (dimiliki kalangan tertentu) di Amerika Serikat.
2.    Auditor Internal
Auditor internal (internal auditor) adalah karyawan tetap yang dikerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut. Sebagai akibatnya, mereka sangat berkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan pengamanan aktiva organisasi.


3.    Auditor Pemerintah
Berbagai badan pemerintah federal, negara bagian, dan lokal menggunakan auditor pemerintah (goverment auditor) untuk menentukan ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan, dan prosedur. Sebagai contoh, auditor internal Revenue Service melaksanakan audit ketaatan atas SPT Pajak untuk menentukan apakah wajib pajak telah mematuhi undang-undang perpajakan atau tidak.
       Akhir dari audit laporan keuangan adalah pada saat auditor mengkomunikasikan hasil temuanya kepada pengguna melalui laporan audit yang menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan klien. Laporan audit ini menguraikan secara umum apa yang telah dilakukan auditor dan apa yang ditemukan oleh auditor. Berikut jenis-jenis pendapat auditor:
1.    Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Produk akhir dari audit laporan keuangan yang paling umum adalah laporan auditor standar, atau pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), maka auditor akan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian.
2.    Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Dalam pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), auditor melaporkan bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar kecuali beberapa pos tertentu yang material. Sebagai contoh, seorang CPA mungkin menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kecuali untuk persediaan dimana auditor tidak mampu memeriksanya.
3.    Pendapat Tidak Wajar. Dalam pendapat tidak wajar (adverse opinion), auditor memberikan pendapat bahwa laporan keuangan tida disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4.    Menolak Memberikan Pendapat. Dalam menolak memberikan pendapat (disclamer of opinion), auditor menyatakan bahwa dia tidak mampu memberikan suatu pendapat atau opini. Sebagai contoh, catatan akuntansi yang penting mungkin terbakar, sehingga auditor tidak sanggup mengumpulkan bukti yang cukup untuk menyatakan suatu opini atau pendapat.
       Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing aserti signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.
1.    Asersi Keberadaan dan Keterjadian
Pada audit siklus pendapatan, tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang dagang, dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Disamping itu, asersi ini juga menekankan pada apakah selutuh transaksi yang tercatat benar-benar terjasi dan bukan rekaan manajemen semata. Berikut rincian tujuan audit asersi keberadaan atau keterjadian:
1)   Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada pelanggan selama periose dibawah audit.
2)   Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit.
3)   Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama suatu periode menggambarkan rekening potongan penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih.
4)   Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan pada tanggal neraca.
2.    Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit asersi kelengkapan:
1)   Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dan penagihan piutang dan penjualan tunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah dicatat.
2)   Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca.
3.    Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo kas dan piutang dagang. Piutang dagang menggambarkan klaim legal perusahaan terhadap pelanggan untuk pembayaran.
4.    Asersi Penilaian dan pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Berikut rincian tujuan audit asersi penilaian dan pengalokasian:
1)   Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuain penjualan telah dijurnal secara tepat.
2)   Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan salso dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan diakui apabila pelunasan piutang dilakukan dalam periode potongan.
3)   Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perbedaan antara piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5.    Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut diatas, auditor perlu menghimpun bukti apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca. Berikut rincian tujuan audit asersi pelaporan dan pengungkapan:
1)   Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokkan secara tepat dalam neraca. Piutang dangan dikelompokan sebagai aset lancar perusahaan dalam neraca.
2)   Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dngan piutang dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan
3)   Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagih telah diidentifikasikan dan dikelompokkan secara tepat dalam laporan laba rugi.
       Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain:
1.    Volume transaksi yang tinggi.
2.    Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu, dilakukannya estimasi, dan kompleksitas penghitungan.
3.    Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancar dan piutang tidak lancar karena ada kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan.
4.    Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).
5.    Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi korupsi.


        Dalam strategi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah, auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian pengendalian.
       Pemahaman struktur pengendalian intern diperlukan baik dengan strategi Primarily Substantive Approach maupun Lower Assesed Level Of Control Risk. Pemahaman struktur pengendalian inter dapat didokumentasikan dengan berbagai metode: kuesioner, flowchart, dan narasi deskriptif. Dalam bagian ini, dipertimbangkan penerapan empat dari lima komponen struktur pengendalian intern yaitu sebagai berikut:
1.    Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengndalian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi risiko inheren sikluk pendapatan. Selain itu mempengaruhi/mendorong atau mengurangi efektivitas komponen struktur pengendalian intern yang lain dalam mengendalikan risiko kesalahan dalam siklus pendapatan.
Faktor kunci dalam lingkungan pengendalian untuk mengurahi risiko terjadinya penyelewengan dalam laporan keuangan dengan kecenderungan untuk overstatement untuk pendapatan dan pitang dagang tergantung pada kebijakan manajemen untuk mengadopsi standar yang tinggi terhadap integritas dan nilai-nilai etika.

2.    Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko oleh pihak manajemen untuk laporan keuangan mirip dengan eksternal auditor dalam menaksir risiko inhren/bawaan. Bila pihak manajemen memiliki usaha yang serius untuk mengurangin kemungkian risiko dalam siklus pendapatan bersamaan dengan pelaksanaan aktivitas pengendalian maka kemungkinan terjadinya salah saji menjadi relatif lebih kecil.
Kaitannya dengan penaksiran risiko ini perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi-kondisi yang berpengaruh pada risiko yang ada, yakni:
1)   Perubahan dalam lingkungan operasi terutama kaitannya dengan transaksi siklus pendapatan.
2)   Munculnya personel baru yang mempunyai kecenderungan berbeda pemahaman terhadap pengendalian intern perusahaan.
3)   Menerapkan sistem informasi yang baru yang berpengaruh terhadap pengendalian intern perusahaan.
4)   Pertumbuhan yang pesat terkait dengan operasional perusahaan yang semakin meluas yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko yang ada.
5)   Restrukturisasi korporat, terkadang bisa memunculkan risiko misalnya dikarenakan adanya pengurangan staf.
3.    Informasi dan komunikasi
Elemen struktur pengendalian intern kedua adalah sistem akuntansi. Sistem akuntansi siklus pendapatan suatu perusahaan harus dapat menyediakan adanya audit trail atau jejak audit yang lengkap atas setiap transaksi. Pemahaman sistem akuntansi menuntut pengetahuan auditor mengenai metode pemrosesan data, dan dokumen serta catatan kunci yang digunakan. Pemahaman sistem akuntansi diperoleh melalui penelaahan buku manual akuntansi dan sistem flowchart, mengajukan pertanyaan pada karyawan bagian akuntansi, dan menelaah kembali pengalaman terdahulu dengan klien. Akuntan harus memahami kompetensi personel akuntansi dan bagian EDP yang bertanggung jawab atas pengolahan transaksi siklus pendapatan. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengajuan pertanyaan, pengamatan, dan menelaah file atau arsip karyawan.
Jadi dalam kaitannya dengan informasi dan komunikasi ini, sistem informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk:
1)   Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang terkait dengan siklus pendapatan secara sah.
2)   Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi pendapatan secara cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing-masing transaksi itu untuk pelaporan keuangan.
3)   Mengukur nilai transaksi dari siklus pendapatan dengan tepat.
4)   Menyajikan transaksi dari siklus pendapatan dengan semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dalam laporan keuangan.
4.    Pemantauan
Komponen ini menyediakan feedback bagi manajemen apakah kebijakan pengendalian dan prosedur yang diterapkan dalam siklus pendapatan sudah diterapkan sesuai dengan kebijakan yang diterapkan olen manajemen. Auditor seharusnya mendapatkan informasi mengenai feedback ini untuk menentukan apakah manajemen sudah melakukan follow-up/ tindakan koreksi dengan adanya feedback tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh dari konsumen, pemerintah, eksternal auditor (berdasarkan reportable condition dari audit tahun sebelumnya).
       Aktivitas pengendalian sistem penjualan kredit diperlukan untuk menghindari kemungkinan adanya salah saji dalam transaksi-transaksi yang terkait dengan pendapatan. Umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas siklus pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1.    Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dari transaksi penjualan kredit dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya.
2.    Pengolahan Infomasi
Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis ini adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait dengan pengendalian atas operasional penjualan kredit, pengembangan, dan pemeliharaan sistem aplikasi. Sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi penjualan adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat.
3.    Pengendalian Fisik
Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dijual, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
4.    Pemisahan Tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi transaksi penjualan kredit, pencatatan transaksi penjualan kredit, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dijual dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang.
       Dari penjelasan di atas, aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam siklus pendapatan antara lain adalah:
1.    Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem penjualan kredit seperti fungsi penjualan dengan fungsi pengiriman.
2.    Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
3.    Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen yan terkait seperti surat order pengiriman.
4.    Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen sumber (faktur penjualan) dan dokumen pendukung yang lengkap.
       Pemahaman fungsi-fungsi yang terlibat dalam siklus penjualan kredit, sangat berguna untuk memahami bagaimana audit siklus ini dilaksanakan. Fungsi yang terlibat dalam pengolahan transaksi penjualan kredit meliputi:
1.        Fungsi Penerima Order Pelanggan
Fungsi penerima order pelanggan bertuga untuk menerima order pelanggan. Permintaan barang dagang oleh pelanggan melalui order pelanggan merupakan titik awal siklus ini. fungsi ini harus mengecek layak tidaknya ordernya tersebut diterima sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan manajemen. Pengecekan tersebut dapat dilaksanakan dengan melacak ada tidaknya nama pelanggan dalam daftar pelanggan atau dalam master file piutang dagang.
2.        Fungsi Persetujuan Kredit
Fungsi persetujuan kredit dipegang oleh departemen kredit yang bertugas untuk menentukan layak tidaknya suatu penjualan kredit dilakukan sesuai kebijakan kredit dari manajemen. Di samping itu, limit kredit yang diberikan atas setiap pelanggan harys diperhatikan. Salah satu kesulitan yang ada adalah menentukan kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan baru. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat melakukan konfirmasi kredibilitas dan bonafiditas pelnggan bary tersebut kepada pihak ketiga. Cara lain adalah dengan meminta pelanggan mencantumkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) pelanggan baru tersebut.
3.        Fungsi Pemenuhan Order Penjualan
Fungsi pemenuhan order penjualan dipegang oleh bagia gudang. Berdasar tembusan order penjualan dari bagian penjualan atau departemen order penjualan, bagina gudang mengeluarkan barang dagang sesuai kuantitas dan keterangan lain yang tercantum dalam order penjualan. Prosedur pengendalian ini dirancang untuk mencegah pengeluaran barang dagang yang tidak sesuai otorisasi
4.        Fungsi Pengiriman Barang Dagang
Fungsi pengiriman barang dagang harus dipisahkan dari ketiga fungsi sebelumnya. Pemisahan ini dimaksudkan untuk mencegah pengiriman barang dagang yang tanpa otorisasi. Petugas bagian pengiriman harus melakukan pemeriksaan independen sebelum mengirimkan barang. Pemeriksaan ini ditujukan untuk menentukan bahwa barang yang diterima dari gudang didukung oleh formulir order penjualan yang telah disetujui, dan kesesuaian barang yang diterima dengan rincian barang dalam order penjualan.
5.        Fungsi Penagihan Pada Pelanggan
Fungsi penagihan pada pelanggan bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan bernomor urut kepada pelanggan. Penagihan ini harus dilaksanakan dengan efektif, efisien, dan tepat waktu. Aspek yang penting dalam penagihan adalah memastikan bahwa:
1)        Pelanggan ditagih atas seluruh pengiriman.
2)        Tidak ada pengiriman yang sudah ditagih dan dilunasi, tetapi ditagih lagi.
3)        Ketepatan jumlah rupiah yang ditagih.
6.        Fungsi Pencatatan Penjualan
Pencatatan yang tepat atas transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan maupun buku pembantu piutang dagang, merupakan dalah satu bagian penting dalam proses akuntansi. Kesalahan dalam penjurnalan ini dapat mengakibatkan kesalahan yang signifikan dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi.
Pengendalian yang diterapkan dalam fungsi ini, antara lain:
1)        Pencatatan jurnal penjualan berdasar faktur penjualan yang telah dibandingkan dengan dokumen pengiriman dan order penjualan.
2)        Penjurnalan dilaksanakan berdasar faktur penjualan yang bernomor urut.
3)        Penggunaan kode faktur yang berguna untuk mengklasifikasikan rekening.
4)        Pengecekan kesesuaian total jumlah rupiah faktur yang diolah, dengan jumlah yang dicatat.
5)        Pemisahan tugas pencatatan dengan fungsi-fungsi yang lain.
6)        Penggunaan bagian perhitungan dengan memberikan kode atau klasifikasi faktur dan persetujuan yang independen dari supervisor.
7)        Pembatasan akses atas fasilitas pencatatan penjualan untuk mencegah perjurnalan yang tanpa otorisasi.
8)        Pengecekan independen secara periodik atas kesesuaian jumlah yang tercantum dalam buku pembantu piutang dagang, dengan jumlah yang dinyatakan dalam buku besar.
9)        Pengiriman laporan pelanggan bulanan.

       Penetapan risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijakan dan prosedur struktue pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk setiapaseri laporan keuangan. Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu:
1.    Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi.
2.    Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
3.    Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi pengendalian adalah efektif.
4.    Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5.    Melakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.
       Auditor sangan sering mengandalkan struktur pengendalian intern klien dalam audit siklus pendapatan karena cakupan siklus pendapatan melibatkan transaksi yang banyak dan material. Oleh karena itu, auditor perlu memperluas pengujian pengendalian untuk memperoleh keyakinan bahwa rancangan prosedur pengendalian adalah efektif dan dapat beroperasi sebagaimana mestinya.



Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1.    Pengujian Pengendalian Pengiriman Barang Dagang
Kelemahan pada departemen pengiriman barang menunjukkan kemungkinan kesalahan maupun penyimpangan: barang dikirimkan tanpa ororisasi yang layak atau barang yang dikirim tidak tercatat dan tidak dilakukan penagihan. Tujuan pengujian pengendalian adalah menentukan apakah pengiriman barang dagangan hanya didasarkan pada order penjualan yang disetujui dan apakah semua pengiriman barang tercatat dan dilakukan penagihan atas barang tersebut.
Berikut langkah-langkahnya:
1)      Pilih sampel dokumen pengiriman secara random dari departemen pengiriman.
2)      Memeriksa setiap dokumen apakah:
(1)   Didukung order penjualan yang terotorisasi
(2)   Sesuai dengan deskripsi/kuantitas barang, tujuan, dan lain-lain.
3)      Mengusut rincian dalam dokumen pengiriman dnegan tembusan dokumen dan faktur penjualan terkait fungsi penagihan.
4)        Mengusut rincian faktur penjualan terkait ke penjurnalan dalam jurnal penjualan dan buku pembantu piutang dagang.
5)        Mengusut faktur penjualan ke catatan persediaan.
6)        Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui kelima langkah di atas.
2.    Pengujian Pengendalian Penagihan
Berikut langkah-langkahnya:
1)        Pilih sampel faktur penjualan secara random dari departemen penagihan.
2)        Memeriksa setiap sampel faktur mengenai harga pe unit tertulis dan bandingkan dengan daftar harga terotorisasi.
3)        Mengusut rincian dalam faktur penjualan ke dokumen pengiriman.
4)        Mengusut rincian dalam faktur penjualan terkait ke penjurnalan dalam jurnal penjualan dan buku pembantu piutang dagang.
5)        Mengusut faktur penjualan ke catatan persediaan.
6)        Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui kelima langkah di atas.
Faktur penjualan merupakan dokumen utama dalam pengujian penagihan. Lengkah kedua, auditor membandingkan harga dalam faktur dengan daftar harga yang telah di otorisasi. Selanjutnya diusut apakah barang yang tercantum dalam faktur dikirimkan. Langkah keempat menguji apakah faktur tersebut sudah dijurnal semestinya dalam jurnal penjualan.
3.    Pengujian Pengendalian Pencatatan
Berikut langkah-langkahnya:
1)        Menelaah bukti prosedur internal mengenai:
(1)      Rekonsiliasi ikhtisar penjualan harian dnegan total penjurnalan penjualan oleh personel akuntansi.
(2)      Rekonsiliasi secara periodik total saldo dalam buku pembantu piutang dagang dengan saldo piutang dagang dalam buku besar.
2)        Menelaah jurnal penjualan untuk menemukan transaksi yang luar biasa atau tidak sewajarnya.
3)        Memeriksa akurasi jurnal penjualan untuk suatu periode tertentu dan membandingkannya dengan posting ke buku besar.
4)        Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui ketiga langkah diatas.
4.    Pengujian Pengendalian Retur Penjualan
Berikut langkah-langkahnya:
1)        Pilih sampel memo kredit secara random.
2)        Mengusut rincian memo kredit ke dokumen:
(1)   Laporan penerimaan
(2)   Catatan persediaan perpetual
(3)   Penjurnalan
3)        Menelaah daftar memo kredit yang disetujui untuk menemukan transaksi yang tidak wajar.
4)        Mendokumentasikan setiap temua penyimpangan yang diperoleh melalui ketiga langkah di atas.
5.    Pengujian Pengumpulan Kas
Aktivitas pengumpulan atau penerimaan kas sangat rentan terhadap penyelewengan. Penerimaan kas dalam bentuk cek sangat mudah ditukarkan dengan kas atau didepositokan dalam rekening yang dimanipulasi.
Pengumpulan Kas:
1)        Mengadakan pengecekan secara mendadak terhadap slip deposito dan cek yang diterima.
2)        Membandingkan uang yang diterima dengan catatan pada deposito bank.
3)        Membandingkan cek penerimaan kas dengan catatan pada buku pembantu piutang.
Deposito:
1)        Membandingkan jurnal penerimaan kas dengan catatan deposito bulanan dari bank.
2)        Meneliti penerimaan kas yang belum tercatat dalam laporan bank merupakan rekening deposit in transit dan akan dimasukkan dalam rekening pada bulan berikutnya.
3)        Melakukan tracing dari jurnal penerimaan kas ke dalam posting di buku besar.
4)        Mendokumentasikan adanya kelemahan yang dimiliki.
6.    Pengujian Piutang yang Tak Tertagih
Pengendalian pengujian kepatuhan atas piutang dagang yang tidak tertagih memfokuskan pada apakah penghapusan sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Lengkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1)        Mengabil sampel jurnal penghapusan piutang dagang (biasanya auditor mengambil semua data penghapusan piutang bila penghapusan tersebut bukan peristiwa yang frekuensi tinggi).
2)        Melakukan tracing masing-masing jurnal ke memo untuk penghapusan piutang yang terkait, menguji apakah memo tersebut sudah diotorisasi semestinya dan membandingkan anatara jumlah yang diotorisasi dengan jumlah yang dicatat.
3)        Melakukan tracing dari jurnal ke buku besar.
4)        Menelaah semua jurnal penghapusan untuk item-item yang tidak biasa seperti besarnya jumlah penghapusan dan meneliti apakah terjadi penghapusan ganda terhadap konsumen yang sama.
5)        Mendokumentasikan kelemahan yang ada.

       Aktivitas pengendalian diperlukan dalam sistem penjualan tunai ini untuk menghindari adanya salah saji material yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian yang ada. Aktivitas pengendalian dapat dilakukan dalam sistem penjualan tunai ini untuk mengatasi.
1.    Penerimaan kas telah disetor ke bank tetapi belum dicatat dalam jurnal penerimaan kas.
2.    Penerimaan kas telah dicatat dalam jurnal penerimaan kas tetapi belum disetor ke bank.
3.    Penerimaan kas telah salah diposting.
4.    Penerimaan kas dicatat dalam jurnal dengan jumlah yang salah.
5.    Pencatatan penerimaan kas dilakukan pada periode akuntansi yang salah.





       Ada tiga fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kas dari transaksi penjualan, yaitu:
1.    Fungsi Penerimaan Kas
Risiko utama yang terdapat dalam transaksi ini adalah pencurian kas sebelum maupun sesudah pencatatan penerimaan kas. Risiko lainnya adalah kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengolahan selanjutnya atas kas yang diterima. Oleh karena itu, prosedur pengendalian yang tepat harus diterapkan. Setiap terjadi penerimaan kas, harus langsung dibuatkan dokumentasinya. Disamping itu, uang atau kas yang diterima harus dijaga keamanannya.
2.    Fungsi Pendepositan Kas di Bank
Prosedur pengendalian diterapkan dalam bentuk prosedur yang mengharuskan semua penerimaan kas didepositkan pada hari itu juga (hari penerimaan kas). Pengendalian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian. Di samping itu, perlu dilakukan juga pengecekan independen atas kesesuaian prelist dengan kertas perhitungan kas. Jumlah yang telah sesuai tersebut kemudian dimasukkan ke ikhtisar kas harian. Pengendalian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, dan kelengkapan. Setelah dideposit, laporan ringkasan kas harian dan dideposit tervalidasi dikirim kebagian akuntansi.


3.    Fungsi Pencatat Penerima Kas
Fungsi ini melakukan penjurnalan penerimaan kas melalui kasa maupun pos, dan melakukan posting penerimaan ke rekening pelanggan yang bersangkutan atas penerimaan melalui pos. Pengendalian dalam fungsi ini dimaksudkan memberi kepastian bahwa hanya penerimaan yang valid (asersi keberadaan dan keterjadian) atas semua penerimaan aktual (asersi kelengkapan) yang dicatat pada jumlah tepat (asersi penilaian dan pengalokasian).
Prosedur pengendalian diterapkan dengan cara:
1)        Pengendalian Akses.
2)        Pemisahan tugas penjurnal dan pemosting.
3)        Pencatatan atau penjualan dilakukan berdasar ikhtisar kas harian.
4)        Pengecekan independen atas kesesuaian jumlah penjurnalan dan posting dengan prelist atau dengan ikhtisar kas harian dan slip deposit tervalidasi.
5)        Rekonsiliasi bank periodik oleh karyawan yang tidak terlibat transaksi kas.
Penghimpunan dan pendokumentasian pemahaman struktur pengendalian intern transaksi penerimaan kas adalah similar dengan transaksi penjualan kredit. Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau wawancara,observasi, menelaah dokumen, atau menelaah kembali pengalaman auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi pemahaman dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif.

       Salah saji dan pengendalian yang perlu, dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya atas pengolahan transaksi penerimaan kas atau checklist standar milik kantor akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui apakah oengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendlaian yang dilakukan menghasilkan bukti mengenai efektivitas rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi penerimaan kas. Bukti tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang terkait dengan transaksi penerimaan kas.
       Pengujian pengendalian penghimpunan kas dan pendepositan ke bank meliputi enam langkah berikut:
1.    Mengendalikan deposit bank (slip setoran dan cek) sebelum dibawa personel klien ke bank.
2.    Membandingkan total jumlah rupiah tercantum dalam slip deposit.
3.    Membandingkan cek dengan rincian dalam catatan penerimaan kas dan buku pembantu piutang dagang, serta menilai kewajaran selang waktu penerimaan kas dan penyetoran ke bank.
4.    Membandingkan penjurnalan dalam jurnal penerimaan kas dengan daftar deposit dalam laporan bank bulanan, serta memastikan bahwa penerimaan kas yang tidak terdaftar dalam laporan bank sudah terdaftar dalam laporan bulan berikutnya.
5.    Mengusut total dalam jurnal penerimaan kas dengan posting dalam buku besar.
6.    Mendokumentasikan setiap temua penyimpangan yang diperoleh melalui kelima langkah di atas.
       Transaksi penyesuaian penjualanyang dimaksud disini meliputi transaksi retur penjualan dan transaksi penghapusan piutang. Aktivitas pengendalian diperlukan dalam kedua prosedur ini adalah untuk mencegah adanya kemungkinan salah saji mencakup:
       Prosedur retur penjualan:
1.    Pemisahan tugas antara fungsi yang berwenang memberi otorisasi transaksi retur penjualan dengan fungsi yang menangani dan mencatat transaksi tersebut.
2.    Penggunaan memo kredit yang diotorisasi oleh pejabat berwenang.
3.    Penerimaan barang yang hanya didasarkan pada adanya otorisasi retur penjualan.
4.    Dilakukan perhitungan secara independen atas barang yang diretur.
5.    Setiap pencatatan harus dilandasi pada dokumen pendukung yang lengkap seperti penyesuaian utang akibat retur penjualan yang didasarkan pada memo kredit yang telah diotorisasi.
       Prosedur penghapusan piutang:
1.    Pemisahan fungsi antara fungsi operasional dan fungsi pencatat.
2.    Penggunaan bukti memorial yang terotorisasi.
3.    Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung yang lengkap.
4.    Pertanggungjawaban semua bukti memorial secara periodik.
       Pada beberapa perusahaan, saldo individual rekening penyesuaian ini mungkin jumlahnya relatif kecil, tidak material. Akan tetapi rekening penyesuaian penjualan mungkin sangat material bagi laporan keuangan pada beberapa perusahaan, auditor perlu mempertimbangkan adanya salah saji potensial karena terdapat kemungkinan transaksi penyesuaian penjualan yang fiktif atau tidak valid untuk menutupi pencurian uang atau kas, penggelapan, atau manipulasi.
       Transaksi ini melibatkan fungsi penyesuaian pengendalian penjualan berikut ini:
1.    Fungsi Pemberian Potongan Penjualan
Perusahaan kadnag memberikan potongan penjualan yang berbeda jumlahnya untuk setiap pelanggan yang berbeda. Perusahaan cenderung memberikan potongan penjualan yang lebih besar kepada pelanggan setia yang telah dikenal baik. Perusahaan juga akan menaikkan besarnya jumlah potongan untuk meningkatkan omzet penjualannya. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah adanya otorisasi yang memadai atas pemberian potongan penjualan, misalnya ada tanda tangan direktur pemasaran.
2.    Fungsi Pemberian Hak Retur Penjualan
Perusahaan sering menghadapi masalah bahwa pelanggan tidak puas dengan barang yang telah dibeli. Pelanggan seringkali ingin mengembalikan barang tersebut. Pada nota penjualan perusahaan retail seperti supermarket dan departement store tesebut sering mengembalikan barang dagangannya kepada pemasok atau supplier. Dalam hal ini, perusahaan pemasok perlu merepakan pengendalian yang memadai atas otorisasi retur penjualan.
Pengujian pengendalian dilakukan dengan:
1)        Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan retur penjualan. Pengamatan ini ditujukan untuk membuktikan adanya pemisahan fungsi (operasi, penyimpanan, dan akuntansi) dan transaksi retur penjualan telah dilaksanakan oleh lebih dari satu unit organisasi sehingga tercipta adanya pengecekan intern.
2)        Mengambil sampel transaksi retur penjualan dari jurnal umum dan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
3)        Memeriksa penggunaan formulir bernomor urut tercetak dan pertanggungjawaban formulir tersebut.
4)        Mengambil sampel memo kredit dan melakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi.
5)        Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu.
3.    Fungsi Penghapusan Piutang Dagang
Fungsi ini sering disebut juga sebagai fungsi penetapan rekening rugi piutang tak tertagih. Banyak perusahaan sering menghadapi masalah adanya piutang dagang yang tidak dapat dilunasi pelanggan. Apabila perusahaan menyimpulkan bahwa suatu jumlah piutang dagang tidak dapat ditagih, maka piutang dagang tersebut harus dihapuskan.
Pengujian Pengendalian dilakukan dengan:
1)        Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan pembebanan kerugian piutang. Dalam pengamatan ini auditor memeriksa perhitungan umur piutang yang dipakai sebagai dasar penentuan jumlah kerugian piutang yang dibebankan ke tahun yang diaudit dan persetujuan bukti memorial oleh manajer yang berwenang.
2)        Memeriksa jurnal umum dan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
3)        Memeriksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan pertanggung jawaban pemakaian formulir tersebut/
4)        Memeriksa bukti memorial yang disetujui dan melakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.
4.    Fungsi Penetapan Cadangan Kerugian Piutang
Cadangan kerugian piutang harus memadai untuk mengantisipasi terjadinya piutang tak tertagih. Auditor harus memperhatikan kemungkinan perusahaan mencatat cadangan kerugian piutang yang overstated untuk memperbaiki posisi keuangannya. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah adanya otorisasi yang tepat atas penetapan besarnya cadangan kerugian piutang.
Pengujian pengendalian yang dapat dilakukan:
1)        Melakukan penghitungan kembali potongan harga, dan memeriksa apakah pembayaran dilakukan dalam periode potongan harga.
2)        Menginspeksi memo kredit retur penjualan dan melihat apakah ada persetujuan atau tanda tangan fungsi penjualan. Auditor juga perlu membandingkan memo tersebut dengan laporan penerimaan untuk memastikan bahwa retur penjualan hanya diberikan atas setiap barang yang telah benar-benar dikembalikan.
3)        Menginspeksi memo pengotorisasian penghapusan piutang dan melihat apakah ada persetujuan atau tanda tangan direktur keuangan.
4)        Mengamati kegiatan penjualan termasuk transaksi penyesuaian penjualan untuk melihat apakah ada pemisahan tugas yang memadai antara pengotorisasi transaksi, penyesuaian penjualan dengan pelaksana penerimaan kas, dan pencatat penerimaan kas.











Nama: Risqia Irhamna Putri
Nim: 1602043003
Prodi: Diploma tiga Akuntansi
3.2  Penanggungjawab Kegiatan Magang
Penanggungjawab kegiatan magang adalah ketua program studi di bawah koordinasi Wakil Dekan I
3.3  Lama Waktu  Magang
Waktu yang disediakan untuk magang bagi mahasiswa program D3 minimal 3 (tiga) bulan, dan bagi mahasiswa S1 minimal 2 (dua) bulan.  Sedangkan laporan hasil magang disampaikan paling lambat 2 minggu setelah pelaksanaan.  Apabila dalam jangka waktu tersebut mahasiswa tidak dapat menepati, dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu kepada Wakil Dekan I melalui ketua Program Studi.  







Abdul Halim. (2015). Auditing 1: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan.              Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Dwi Martani, dkk. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah: berbasis PSAK. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2018). Standar Akuntansi Keuangan Efektif per 1 Januari 2018. Jakarta: Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Slamet S. Sugiri dan Bogat A. Riyono. (2016). Edisi Ke-9. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sukrisno Agoes. (2017). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.